Pustaka Tebuireng kembali menerbitkan
buku terbarunya. Buku yang berisi tentang keteladanan salah satu alumni
Pesantren Tebuireng tersebut berjudul “Mengais Keteladanan Kiai Syansuri
Badawi” yang dibedah di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
(UINSA) pada Selasa (10/10/2017).
Acara bedah buku karya Ibhar Cholidi
tersebut terselenggara berkat kerja sama antara Pustaka tebuireng,
Ikatan Keluarga Alumni Pesantren Tebuiren (Ikapete), Manteb’s (Mahasiswa
Alumni Tebuireng Surabaya) dan PMII setempat yang dihadiri lebih dari
200 peserta.
Dalam penuturannya, Ibhar Cholidi
mengaku bahwa buku tersebut adalah buku memorial tentang Kiai Syansuri
Badawi yang dulu pernah menjadi gurunya saat menjadi santri di Pondok
Pesantren Tebuireng.
Selain itu, buku kelima dari penulis itu
dihasilkan dari keistikamahannya menulis seusai menjadi imam Sholat
Subuh. “Ini buku ke-5 saya yang saya hasilkan dari istikamah menulis di
facebook. Setelah ngimami shalat Subuh maksimal saya menulis tiga
halaman,” ujarnya.
Bagi penulis, Kiai Syansuri Baidawi
adalah santri sejati dan kiai kharismatik. Salah satu tandanya adalah
keistikamahan Kiai Syansuri Badawi dalam memakai sarung. Menurut
penuturannya sarung menjadi pakaian kebesaran kiai yang menjadi pewaris
ketiga sebagai qori’ Hadits Bukhari Muslim dari Hadratussyaikh Hasyim Asyari di Pesantren Tebuireng.
Dr. KH. Musta’in Syafi’i, M.Ag selaku
pemateri dalam bedah buku tersebut juga memuji sosok kiai kharismatik
tersebut. Kiai Syansuri Badawi adalah seorang yang memiliki kedalaman
ilmu agama sekaligus kiai yang aktif di pemerintahan.
“Di kalangan para santri, Kiai Syansuri
dikenal sebagai sosok yang memiliki jadwal padat mengaji bersama santri
di Masjid Pesantren Tebuireng. Namun di sisi yang lain Kiai Syansuri
adalah sosok yang aktif di pemerintahan,” terang Kiai Musta’in yang juga
pakar tafsir al-Qur’an Pesantren Tebuireng ini.
Kemudian, terangnya lebih lanjut bahwa
kesibukan Kiai Syansuri di pemerintahan sedikit banyak mengurangi
jadwal mengajar di Pesantren Tebuireng. Untuk menyiasati hal itu, Kiai
Syansuri mengadakan pengajian rutin di Jakarta bersama para alumni
Tebuireng.
“Ketika itu, Kiai Syansuri sudah sepuh
dan mobilisasi atau transportasi Jakarta-Jombang tidaklah mudah. Untuk
itu, Kiai Syansuri sering mengadakan ngaji rutinan bersama alumni di
Jakarta,” jelasnya.
Hal yang tidak kalah penting menurut
Kiai Musta’in yang juga merupakan murid dari Kiai Syansuri Badawi ialah
kebiasaan Kiai Syansuri yang gemar membaca Shalawat. Dalam santai atau
sedang membaca kitab. Seakan-akan, beliau sudah mampu menikmati
rekreasi dengan shalawat.
0 komentar:
Post a Comment