Semangat berIKAPETE

Semangat berIKAPETE adalah semangat menebar manfaat

Mengabdi Membangun Negeri

Jangan Tanyakan Apa yang Kamu Terima namun Tanyakan Apa yang Telah Kau Abdikan

Sunday

Pimpin Pesantren Tebuireng, Ini Komitemen Gus Kikin Kedepan


Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur kini dipimpin KH Abdul Hakim Mahfudz (Gus Kikin) menggantikan almarhum KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah). Salah satu pesantren yang cukup besar di Indonesia ini masih menjadi rujukan beberapa santri tanah air. Perjuangan dan kiprah muassis dan penerusnya mampu menjadikan Pesantren Tebuireng demikian membanggakan.

Posisi Gus Kikin sebagai pengasuh Pesantren Tebuireng dipersiapkan langsung oleh Gus Sholah menggantikan dirinya sebelum wafat. Tepat pada 31 Januari 2019 lalu Gus Sholah mengundang keluarga besar Pesantren Tebuireng, mereka adalah orang-orang yang memiliki nasab yang tersambung langsung dengan Hadratussyekh KH M Hasyim Asy'ari. Pada forum ini kemudian Gus Sholah membahas terkait wakilnya, Gus Kikin. Forum itu juga menyepakati Gus Kikin sebagai wakil pengasuh.


Sebelum jauh melangkah, Gus Kikin mengaku belakangan gencar melakukan konsolidasi di internal Pesantren Tebuireng. Mulai jajaran pengelola pesantren hingga stakeholder di lingkungan pendidikan formal. Hal ini menjadi prioritas dalam jangka waktu pendek untuk membangun kesolidan dan menyamakan misi dalam meneruskan peninggalan-peninggalan muassis Pesantren Tebuireng dan generasi-generasi setelahnya.

"Dalam waktu pendek ini saya konsolidasi internal, di Pondok Pesantren Tebuireng ini kan ada beberapa lembaga," katanya kepada NU Online saat ditemui di ndalem kesepuhan, Kamis (13/2) lalu.   

Langkah-langkah Gus Sholah dalam memajukan Pesantren Tebuireng yang sudah dirintis sebelumnya akan diteruskan oleh Gus Kikin. Di antaranya seperti pengembangan Pesantren Tebuireng melalui pendirian sejumlah cabang di berbagai daerah. Kini Pesantren Tebuireng sudah berdiri 15 pesantren, terakhir berdiri di Samarinda.

Gus Kikin mengaku cabang-cabang Pesantren Tebuireng yang sudah berjalan itu akan terus dikembangkan. Hal ini penting dilakukan demi terwujudnya syiar agama Islam sebagaimana yang dilakukan oleh Hadratussyekh KH M Hasyim Asy'ari dan generasi-generasi penerusnya. Melalui cabang pesantren itu, ajaran Islam kian membumi di Nusantara.

"Terakhir saya ke Samarinda melakukan peletakan batu pertama cabang Pesantren Tebuireng 15 pada 2019 kemarin," ujarnya.   

Bahkan menurutnya, pengembangan sejumlah cabang Pesantren Tebuireng tersebut menjadi langkah prioritas setelah dirinya melakukan konsolidasi dengan internal stakeholder pesantren dan lembaga pendidikan formal Tebuireng. Beberapa daerah yang telah berdiri cabang Pesantren Tebuireng antara lain di Pandeglang, Banten, Indragiri Hilir, Riau, dan Rejang Lebong, Bengkulu.

"Jangka pendek dan menengah ya kita mengembangkan cabang-cabang pesantren Tebuireng, pembangunan fisik gedung hingga ke kampus. Itu kan masih banyak yang perlu dilanjutkan," ungkapnya.   

Dunia pesantren memang tidak bisa lepas dengan perihal ajaran agama Islam. Antarkeduanya harus saling menyatu, terlebih keberadaan pesantren harus senantiasa mendukung mensyiarkan ajaran-ajaran agama Islam. Seperti halnya Pesantren Tebuireng, selama ini komitmen menguatkan ajaran-ajaran keagamaan. Pesantren ini juga berupaya menangkap perkembangan zaman dengan tidak menghilangkan nilai-nilai dan prinsip keagamaan. Sehingga pengetahuan atau sains di sini terus berkembang, terbukti dengan adanya SMA Transains Tebuireng.

Menurut pandangan Gus Kikin, pesantren memang harus mampu melahirkan santri-santri yang cakap dalam berbagai bidang, di samping bidang agama yang paling utama, bidang pengetahuan umum juga tak boleh dilewati. Pesantren sebagai induk atau wadah penggemblengan santri, harus bisa menjawab kebutuhan-kebutuhan santri dalam meningkatkan potensi-potensinya.   

"Kita harus mengisi bidang-bidang, terutama bidang agama, karena ini sangat penting dengan pengaruh luar biasa, pengaruh global, kemudian datangnya informasi yang demikian cepat di gatget," tuturnya.

Pola Kepemimpinan Pesantren Tebuireng 
Secara spesifik, Gus Sholah tidak mewarisakan pola kepemimpinan Pesantren Tebuireng kepada Gus Kikin. Pasalnya, memimpin sebuah organisasi secara umum nyaris tidak ada perbedaan, begitu juga dengan dunia pesantren. Yang paling penting adalah komitmen untuk memajukan sebuah organisasi. Dalam pandangannya Gus Sholah, Gus Kikin dinilai mampu melanjutkan laju kepemimpinan Gus Sholah dengan bekal pengalaman beberapa organisasi dan perusahaan yang dia pimpin selama ini.   

"Tidak ada. Dan beliau tidak pernah menekankan sesuatu untuk bagaimana memimpin. Jadi beliau selalu ngomong, sampean kan sering memimpin, karena di dalam manajemen kan ada beberapa perusahaan. Atas dasar itulah Gus Sholah mengatakan, iya sudah lah nanti cari tahu sendiri nanti sampean akan tahu sendiri," ujarnya.

Yang menjadi prinsip dirinya dalam memimpin adalah segala hal yang sudah diwariskan oleh pendiri Pesantren Tebuireng, Hadratussyekh KH M Hasyim Asy'ari. Gus Kikin mengaku perlu melakukan kajian-kajian lebih mendalam tentang pola yang sudah dilakukan pendiri Nahdlatul Ulama (NU) pada masanya. Termasuk mendalami sejumlah kitab yang dia karangnya.   

Demikian itu menurutnya cukup bisa menjadi pegangan dalam memimpin Pesantren Tebuireng ke depan. "Nah saya perlu mendalami lagi apa yang ditinggalkan oleh muassis Pesantren Tebuireng Hadratussyekh KH M Hasyim Asy'ari, itu yang akan diperkuat. Termasuk kitab-kitabnya mungkin juga perlu untuk kita gali, paling tidak di kitab Irsyadus syari kita juga belum tuntas menggali apa yang ditinggalkan oleh Hadratussyekh," jelasnya.

Ia mengemukakan, salah satu yang diajarkan Mbah Hasyim adalah selalu bermusyawarah membahas segala persoalan yang terjadi, begitu juga degan topik kemajuan syiar agama melalui pesantren. Forum-forum musyawarah seperti itu diakui Gus Kikin juga dilakukan saat kepemimpinan Gus Sholah dan akan dilanjutkan di masa kepemimpinannya.   

"Saya tetap memperdalam apa yang dilakukan oleh Hadratussyekh KH M Hasyim Asy'ari di sini. Beliau awal-awal kan selalu musyawarah. Dan forum-forum musyawarah ini juga sudah dimulai oleh Gus Sholah, misalnya majelis keluarga. Jadi ada sembilan orang dari majelis keluarga, itu masing-masing mewakili dari putra Hadratussyekh. Ada banyak hal yang dibahas," pungkasnya. 

Sumber

Gus Setelah Gus

Sudah lebih dua tahun Gus Sholah terus memikirkan ini: siapa yang akan menggantikannya. Sebagai Kyai Tebu Ireng. Juga sebagai 'CEO' pondok pesantren 'bintang sembilan' di Jombang, Jatim itu.

Kesehatan Gus Sholah --nama lengkapnya KH Salahuddin Wahid-- memang terus menurun. Bahkan sejak sebelum dua tahun lalu.
Saya termasuk yang sesekali diajak bicara soal kesehatan. Beliau juga terus mengikuti perkembangan kesehatan saya. Sejak transplan hati sampai stemcell pun sampai aorta dissection.
Gus Sholah adalah orang yang sebenarnya tidak mau menjadi pimpinan puncak Tebu Ireng. Tapi setelah Gus Dur meninggal dunia siapa lagi kalau bukan adiknya itu.
Dari segi pendidikan pun Gus Sholah tidak pernah di pondok pesantren. Waktu beliau kecil ayahanda beliau menjabat menteri agama: KH Wahid Hasyim. Tinggalnya lebih banyak di Jakarta. Maka anaknya pun disekolahkan di Jakarta.
Dan ketika sudah waktunya kuliah Gus Sholah dimasukkan ke ITB Bandung. Jurusan teknik arsitektur pula. Jadilah Gus Sholah seorang arsitek.
Setelah lulus ITB beliau bekerja di dunia ilmunya. Termasuk bekerja di perusahaan konstruksi.
Waktu itu di Tebu Ireng belum memerlukan beliau. Masih banyak kyai besar di sana. Tapi Kyai-kyai sepuh itu satu persatu wafat.
Maka orang seperti Drs Yusuf Hasyim didaulat menjadi orang tertinggi di Tebu Ireng. Padahal paman Gus Dur itu lebih banyak tinggal di Jakarta --menjadi politisi NU tingkat nasional.
Mulailah Tebu Ireng dipimpin oleh yang bukan murni kyai --dalam pengertian hebat ilmu agamanya.
Yusuf Hasyim pun meninggal. Kyai-kyai sepuh yang masih berbau Bani Hasyim juga sudah tidak ada. Maka Gus Sholah-lah tokoh yang berbobot nasional. Yang dianggap paling layak memimpin Tebu Ireng. Meski juga bukan sosok kyai ulama. Nama Tebu Ireng sudah begitu menasional. Rasanya aneh kalau pimpinannya bukan tokoh nasional.
Ketokohan Gus Sholah dimulai sejak menjadi anggota MPR. Lalu menjadi Wakil Ketua Komnas Hak Asasi Manusia. Terakhir menjadi calon wakil presiden berpasangan dengan capres Jenderal Wiranto.
Dengan meninggalnya Gus Sholah kemarin maka habislah generasi cucu Hasyim Asy'ari --Al Hadratus Syaikh.
Gus Sholah meninggal setelah operasi jantung di usia 77 tahun. Jenazahnya dimakamkan di dekat makam Gus Dur, kakaknya.
Maka siapa yang akan tampil berikutnya? Bukankah tidak ada lagi tokoh keluarga Bani Hasyim yang namanya sudah menasional? Bagaimana dengan menteri agama periode lalu, yang masih berbau Bani Hasyim?
Gus Sholah tidak pernah menyebut nama itu sebagai calon penggantinya di Tebu Ireng. Tapi tidak juga segera mengerucut siapa calon penggantinya.
Sampai-sampai Gus Sholah minta bantuan banyak aktivis yang dekat dengannya. Gus Sholah mengadakan semacam polling. Teman-temannya itu diminta menuliskan nama calon penggantinya kelak.
Salah satu yang sering ditanya adalah Mas'ud Adnan. Yang pernah menjadi Sekretaris Persatuan Alumni Santri Tebu Ireng. Mas'ud pernah menjadi Pemimpin Redaksi Harian Bangsa.
Gus Sholah, kata Mas'ud, memang suka mendengar. Termasuk mendengar pendapat orang lain. Pun pendapat para santri.
Tipe kepemimpinan Gus Sholah adalah demokratis. Orangnya sangat ngemong. Tidak banyak mau bicara. Sekali bicara suaranya sangat rendah dan lirih.
Tapi teman-teman aktivis yang diminta pendapat itu tidak ada yang mau memberi nama calon pengganti.
Di pesantren tidak ada kebiasaan polling seperti itu. Gus Sholah saja yang mau melanggar adat pesantren. Teman-temannya tetap memilih tawadhuk: terserah Gus Sholah saja. Siapa pun yang ditunjuk Gus Sholah akan didukung.
Baru belakangan Gus Sholah mau menyebut nama calon pengganti yang ia inginkan: KH Abdul Hakim Mahfudz. Panggilannya Gus Kikin.
Penyebutan nama Gus Kikin sudah sejak dua tahun lalu. Praktis semua orang di Tebu Ireng tahu bahwa Gus Kikin adalah Kyai Tebu Ireng in waiting.
Tapi Gus Kikin tidak pernah mau mulai tampil. Tidak ada tradisi putra mahkota di Tebu Ireng. Apalagi Gus Kikin bukan putra Gus Sholah, Yusuf Hasyim atau pun Gus Dur.
Gus Kikin adalah cicit KH Hasyim Asy'ari dari jalur wanita. Ibunya, Bu Nyai Abidah, adalah cucu KH Hasyim Asy'ari.
Sama dengan Gus Sholah, Gus Kikin ini juga tidak pernah mengenyam pendidikan di pondok pesantren. Tidak bisa membaca kitab kuning.
Tapi dari segi ekonomi Gus Kikin sangat mapan. Gus Kikin adalah pengusaha yang mapan. Termasuk pengusaha bidang minyak dan gas bumi.
Belakangan Gus Kikin juga punya stasiun TV lokal: BBS. Di Surabaya. Dan memang Gus Kikin adalah sarjana komunikasi. Dari Universitas Terbuka.
Bagaimana pun Gus Kikin masih termasuk Bani Hasyim. Dan yang dikehendaki oleh Gus Sholah untuk mendapat giliran berhenti memikirkan diri sendiri --pindah ke jalur pengabdian.
Maka Tebu Ireng segera memiliki kyai baru. Yang benar-benar baru: orangnya, latar belakang pendidikannya, pun profesi hidupnya.
Banyak kyai jadi pengusaha. Kini pengusaha ini, Gus Kikin, giliran yang jadi kyai.(Dahlan Iskan)

Ini Keunikan Gus Sholah Dibanding Kiai Lainnya

KH Sholahuddin Wahid yang akrab disapa Gus Sholah merupakan kiai yang unik. Beliau mungkin satu-satunya kiai sepuh di lingkungan NU dan pengasuh pondok pesantren besar di Indonesia yang bukan lulusan pesantren dan madrasah.
Gus Sholah juga tak seperti anak-anak kiai besar lain yang melanjutkan pendidikannya ke Timur Tengah untuk belajar agama Islam. Beliau memilih menjalani jenjang pendidikan di Tanah Air.


Almarhum Gus Sholah menyelesaikan pendidikan SD, SMP, dan SMA-nya di Menteng, Jakarta. Meskipun ayahnya mendirikan IAIN, Gus Sholah lebih memilih masuk ITB dalam bidang arsitektur.
Oleh karena itu, beliau selama ini berkarir di Jakarta sebagai seorang pengusaha. Pernah juga menjadi seorang politisi. Beliau memiliki banyak pengalaman yang berbeda dengan kiai-kiai lainnya.
Lama tenggelam dalam aktivitas bisnis dan politik di Jakarta rupanya tak menguras habis darah kiai yang mengalir di tubuhnya. Di ujung usianya, beliau balik ke kampung. Beliau memutuskan untuk mengelola pesantren tinggalan kakek dan ayahnya, Pondok Pesantren Tebuireng Jombang.
Akhirnya, di bawah tangan dingin Gus Sholah, Pesantren Tebuireng bergerak maju. Ia mengurus pesantren ini secara modern.
Seperti dilansir dari website NU Depok, sejumlah lembaga pendidikan baru didirikan. Ma’had Aly dalam bidang Hadits dan Ulumul Hadits dibangun. IKAHA pun telah berubah menjadi Universitas Hasyim Asy’ari Jombang.
Itulah sekelumit kenangan mengenai Gus Sholah. Seorang kiai berakhlak mulia, dan mempunyai banyak ilmu pengetahuan. Kita doakan Gus Sholah menunggu kita semua di surga, amin.

Friday

Pembukaan Temu Alumni Nasional XIV dengan Gelar Karya Alumni

Pesantren Tebuireng telah ramai dengan sejumlah alumni yang mempersiapkan diri untuk membuka stand usaha masing-masing dalam bazar. Acara Halal Bi Halal dan Temu Alumni Nasional XIV yang diadakan oleh Ikatan Alumni Pesantren Tebuireng (IKAPETE) dibuka dengan bazar, berupa gelar karya alumni santri Tebuireng. Ada sekitar 13 bazar yang ikut berpartisipasi dalam acara tersebut.
“Pada sore hari ini dari rangkaian temu alumni kita mulai dengan pembukaan karya alumni. Dimana dimulai dari tanggal 27 s.d 29 Juni 2019. Semoga acara ini mendapat kemudahan, kelancaran,” ucap Bapak Rofiq, selaku ketua panitia.


Pembukaan dihadiri oleh sebagian alumni yang sudah hadir dari berbagai daerah. “Semoga acara ini, senantiasa membawa manfaat dan berkah bagi kita semuanya. Gelar karya ini adalah rangkaian temu alumni 2019, mungkin sudah kesekian kali bazar ini menyertai acara temu alumni dan momen yang sebenarnya pas karena besok itu insyaallah santri baru akan datang sehingga bisa kita tunjukkan karya alumni semua. Kemudian, tentu acara ini acara yang sangat bermanfaat. Saya lihat mungkin sudah banyak yang membuka stand, kalau bisa tahun depan pembukaan sudah ada yang harus dinikmati. Alumni Tebuireng memang harus macam-macam, ada yang calon-calon pengusaha, ada yang mungkin pedagang, ada yang kuliner, ada yang juragan. Ada yang pelukis. Semoga acara ini berjalan dengan baik dan sukses,” tutur Gus Fahmi, pengasuh Pondok Putri Pesantren Tebuireng.

Dengan ucapan basmallah, Gus Fahmi membuka acara dengan pemotongan pita, diiringi suara tepuk para hadirin. Acara resmi dimulai. Bapak Abdul Malik selaku Steering Committe (SC) menceritakan bahwa acara ini digagas untuk media silaturahmi, antar santri dengan pengasuh, santri dengan santri, yang lama sudah menjadi alumni dari pesantren, sehingga dengan silaturahmi ini masing-masing bisa memberikan informasi perkembangan di daerah masing-masing. Sekaligus menjadi ajang tabbarukkan (ngalap barokah) kepada pesantren. Sehingga dilakukan kegiatan pra acara gelar alumni, karena alumni banyak latar belakang, ada yang pengusaha, seniman, politisi, property serta macam-macam.

“Kita kasih kesempatan untuk memperkenalkan karyanya, sekaligus menjadi media promosi. Besok pagi dilanjutkan dengan khotmil Qur’an di maqbaroh, malamnya dilanjutkan ngopi sufi, yang akan ngisi adalah kyai Lukman Hakim dari Jakarta. Lalu hari Sabtu, acara temu alumni. Halalbihalal sekaligus menentukan ketua Ikapete Pusat. Akan dihadiri pengasuh, dzuriyyah. Memberikan jaringan terhadap satu sama lain. Alumni bisa memberikan kepada pesantren,” ucap Pak Malik.

“Jadi untuk pemberdayaan desa, ini tahun kedua yang sudah dijalani, saya respon sekali, ini efeknya sangat positif buat usaha saya maupun alumni yang lain. Di luar itu, mungkin ada banyak hasil karya alumni, saya sendiri usaha di bidang kuliner Jepang. Untuk lokasi yang luas, nantinya bisa mengakomodir temen-temen alumni yang lain,” kata salah satu Ikapete dari Surabaya

IKAPETE, Berbeda Itu Wajar Mari Kita Jaga Ukhuwah Islamiyah

Limo – Alumni Pondok Pesantren Tebuireng yang tergabung di Ikatan Keluarga Alumni Pesantren Tebuireng (IKAPETE) kemarin tampak memadati ruangan dan halaman Masjid Jami Al – Mutmainnah Meruyung guna mengikuti rangkaian kegiatan Halal Bi Halal Idul Fitri 1440 Hijriyah yang diselenggarakan oleh Ikapete Kota Depok dan DKI Jakarta.



Ketua panitia penyelengga H. Rian mengatakan, sejak ditunjuk sebagai tuan rumah penyelenggaraan Halal Bi Halal Idul Fitri 1440 Hijriyah, pihaknya langsung melakukan persiapan demi kelancaran acara seraya menghaturkan terimakasih kepada jajaran Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Masjid Al Mutmainnah serta warga Kelurahan Meruyung yang telah menyediakan tempat pelaksanaan Halal Bi Halal.

“Alhamdullillah kami mendapat kemudahan mencari tempat yang representatif untuk pelaksanaan acara Halal Bi Halal dan kami bersyukur karena hampir semua Alumni dari angkatan tahun 60an yang berdomisili di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya bisa hadir ” ungkap Rian yang diamini oleh Slamet Riyadi selaku Ketua Pengurus Cabang (PC) Ikapete Kota Depok.

Selain diikuti oleh seluruh anggota alumni, Halal Bi Halal Alumni ponpes Tebuireng dihadiri oleh Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, KH. Salahuddin Wahid, Guru besar Ponpes Tebuireng, KH. Musta’in Syafe’i Walikota Depok, KH. Mohammad Idris, Camat Limo, Zaenudin, jajaran Polsek Limo dan Koramil Limo serta para Lurah lingkup Kecamatan Limo dan para tokoh Ulama.

Hal yang sama di ucapkan Ketua PC IKAPETE Kota Depok Slamet Riyadi, Para Alumni dalam setiap tahunnya selalu mengadakan Halal bi Halal yang di maksudkan, menguatkan ukhuwah islamiyah persatuan dan kesatuan karena memang Tebuireng sama-sama kita tahu adalah yang melahirkan Nahdlatul Ulama NU. Intinya adalah memberikan kebaikan kepada masyarakat rahmatan lil alamin yang kedua mungkin dengan adanya halal bihalal ini setiap tahun kita mengharapkan agar adanya jalinan hubungan komunikasi yang baik.
“Allhamdulillah Ikapete senior maupun Junior yang ada di wilayah, berkumpul bersama para kiayi Tebuireng di Depok dan di Jabodetabek, sudah menjadi Kyai memang Ya intinya tadi untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat,” ujara Slamet.

Walikota Depok, KH Mohammad Idris mengaku, sangat bersyukur dan bangga diundang dalam acara Halal Bi Halal para Alumni Pesantren Tebuireng seraya berharap pelaksanaan Halal Bi Halal ini dapat meningkatkan tali silaturrahim antar alumni dan para tokoh ulama diwilayah Kota Depok.

“Saya sangat bangga mendapat undangan pada acara halal bi halal alumni Ponpes Tebuireng terlebih dan saya berharap semua alumni Ponpes Tebuireng diwilayah Kota Depok dapat memberikan kontribusi bagi upaya meningkatkan Syi’ar Islam dan pemberdayaan Ummat,” papar Idris.

Sementara Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Salahuddin Wahid dalam wejangan meminta kepada seluruh ummat Muslim untuk tidak terpecah belah akibat berbeda pilihan dalam pelaksanaan Pilpres 17 April silam.
“Kita boleh beda pendapat dan beda pilihan tapi kerukunan antar Ummat harus tetap dijaga,” pungkas Gus Sholah sapaan akrab KH. Salahuddin Wahid,” tuturnya.

link sumber

Tuesday

Undangan Temu Alumni nasional XIV dan Halal Bi Halal 2019

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Salam silaturahmi teriring do'a, semoga teman-teman semua Bapak/ Ibu/ Saudara/ i selalu dalam bimbingan dan lindungan Allah SWT dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.

Ikatan Keluarga Alumni Pesantren Tebuireng atau biasa dikenal dengan IKAPETE memiliki kegiatan rutin tahunan yaitu Temu Alumni Nasional dan Halal Bi Halal yang diselenggaran di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang. Maka bersama ini kami sampaikan undangan untuk kegiatan dimaksud sebagai berikut:

 



Besar harapan kami teman-teman semua Bapak/ Ibu/ Saudara/i dapat hadir pada acara tersebut serta dapat berpartisipasi agar dapat terlaksana kegiatan tersebut.

Demikian yang dapat kami sampaikan, atas perhatiannya kami sampaikan terima kasih.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.



CATATAN
Untuk donasi bisa ditransfer ke Bendahara di Rek BRI Nomor 0023-01-000290-56-0 atas nama Rosul Suritno dan konfirmasi ke no telpon/WA 0813-3022-5201
Dapat juga melalu platfom digital (Gopay, Digital banking, ATM, Kartu kredit) di https://www.kitabisa.com/temualumni14


Friday

Halal Bi Halal IKAPETE Perkuat Tali Silaturahmi

Pesantren Tebuireng memanfaatkan bulan Syawal kali ini dengan menyelenggarakan Halal Bi Halal dan Temu Alumni Nasional XIII Ikatan Keluarga Alumni Pesantren Tebuireng (IKAPETE). 500 alumni Pesantren Tebuireng hadir bersama Pengasuh Pesantren Tebuireng, KH. Salahhuddin Wahid, Ketua Umum IKAPTE Pusat Drs. Ainur Rofik, KH. Qiswini selaku Pengasuh Pesantren Tebuireng 8 Serang Banten, PPMI Alkalan Manukwari Selatan Papua Barat yaitu Gus Darto Syaifuddin, dan para undangan lainnya.



Acara yang digelar di halaman Pesantren Tebuireng (07/07/18), dimulai pukul 09.20 WIB dan berakhir pukul 12.00 WIB. Dalam susunan acaranya, temu alumni IKAPETE dan halal bi halal ini dikemas sangat rapi dan khidmat.

Acara dimulai dengan pra acara gambus al-Fatah, para tamu alumni disambut dengan lagu-lagu atau nasyid. Kemudian disusul dengan pembacaan tahlil ayat-ayat suci Al Quran yang dibacakan oleh Ustd. Muhammad Abdul Aziz, dilanjut dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Hymne Tebuireng, lalu pembacaan tahlil akbar yang dipimpin oleh KH. Ahmad Syakir Ridlwan.

“Dalam acara Halal bi halal dan temu alumni IKAPETE ini, kita sebagai para alumni, mari bersatu, mendukung, memperkuat dan meneruskan perjuangan hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari,” jelas Bapak Ainur Rofik, Ketua Umum IKAPETE sekaligus alumni Pesantren Tebuireng dari Gresik.

Di akhir acara, terjadi pelelangan lukisan karya Rozhy, salah satu pengurus Tebuireng, yang mana uang dari lukisan itu akan dijariyahkan kepada Pesantren Tebuireng Jombang. Adapun pemenang lelang lukisan tersebut adalah H. Sobri yang sekaligus Ketua IKAPETE Banten, dengan harga tertinggi Rp. 42.500.000. Kemudian acara dilanjut dengan ramah tamah di halaman Pesantren Tebuireng.

Acara halal bi halal ini dilengkapi dengan bazar yang berada tepat di belakang Masjid Pesantren Tebuireng. Bazar para alumni IKAPETE ini, terdiri dari bazar makanan, pakaian, buku bacaan hingga segala macam sandang dan pangan disajikan oleh para alumni IKAPETE. Ada sekitar 7 cabang lebih, yang membuka stand bazar, Gresik, Mojokerto, Jakarta, Banten, dan seterusnya.

Thursday

Alumni Diharap Teruskan Perjuangan KH. Hasyim Asy’ari

Dalam acara Halal Bi Halal dan Temu Alumni Nasional XIII Ikatan Keluarga Alumni Pesantren Tebuireng (IKAPETE), Ketua Umum IKAPETE, Ainur Rofik memberikan sambutan yang sangat meriah serta menyampaikan harapannya kepada sekitar 500 alumni Tebuireng yang hadir, agar seluruh alumni tetap mempererat tali silaturahmi serta meneruskan perjuangan hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari.



“Dalam acara Halal bi halal dan temu alumni IKAPETE ini, kita sebagai para alumni, mari bersatu, mendukung, memperkuat, dan meneruskan perjuangan hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari,” jelas Ainur Rofik, Ketua Umum IKAPETE sekaligus alumni Pesantren Tebuireng dari Gresik.

Selain itu, Ainur Rofik juga mengulas singkat perjalanan IKAPETE, tepat pada tanggal  07 Juni 2004, IKAPETE tumbuh dan lahir. Dalam pengarahannya, KH. Salahhuddin Wahid atau dipanggil Gus Sholah menyampaikan, jadikan periode ini menjadi tahun kebangkitan IKAPETE.

“Alhamdulillah, akhirnya pada periode ini, IKAPETE dapat bertemu dan mengukuhkan kembali tali silaturahim antar alumni,” tuturnya.

Adapun laporan perjalanan IKAPETE di tahun periode ini, pada hasil rapat kerja nasional disebutkan oleh Pimpinan Pusat IKAPETE, yaitu fokus pada konsolidasi organisasi, menata IKAPETE dengan baik, dan menambah data pimpinan cabang atau daerah yang belum terdata.

“Pada saat ini, yang sudah terdata ada 5 pimpinan daerah dan 15 pimpinan cabang. Jika nanti terdata kembali yang belum terdata, maka Tebuireng untuk periode depan, akan dibanjiri oleh Alumni,” jelasnya di akhir sambutan.

Peduli Kaum Duafa, Tebuireng Bangun Rumah Sakit dipaparkan pada Temu Alumni Nasional XIII

Pesantren Tebuireng bekerja sama dengan Yayasan Dompet Duafa Republika untuk membangun Rumah Sakit Hasyim Asy’ari yang nanti akan didirikan untuk melayani masyarakat luas, khususnya kaum duafa.



Dalam kesempatannya, Tim dompet duafa dari Yayasan Dompet Duafa Republika menyampaikan, bahwa dompet duafa adalah sebuah lembaga filantropi Islam, yang berkhidmat untuk memberdayakan kaum duafa melalui kegiatan filantropis, atau dengan kegiatan charity atau usaha yang biasa disebut dengan sosial enterprise. Melalui kegiatan inilah, dompet duafa memiliki bidang pendidikan, bidang sosio-ekonomi, bidang pemberdayaan, dan bidang kesehatan.

“Alhamdulillah dompet duafa memiliki 40 outlet klinik di Indonesia dari mulai aceh hingga papua. Kemudian di tingkat 1, dompet duafa memiliki 7 Rumah Sakit, dengan sistem wakaf bank mikro, hingga menjadikannya sebagai wakaf produktif. Sehingga apapun lahannya, mari kita menjadikannya sebagai wakaf produktif,” tutur perwakilan dari tim dompet duafa, yang sekaligus alumni Pesantren Tebuireng.

Yayasan Dompet Duafa Republika merasa banggsa bisa bekerja sama dengan Tebuireng, pesantren yang memiliki kredibilitas yang baik, untuk mendirikan Rumah Sakit Hasyim Asy’ari Dompet Duafa Tebuireng. Adapun RS. Hasyim Asy’ari,  akan berdiri di lokasi Museum KH. Abdurrahman Wahid, dengan tanah seluas kurang lebih 1 hektar. Rumah sakit ini dengan konsep rumah sakit umum tipe c, dengan kapasitas 100 tempat tidur. Layanan unggulan pada Rumah Sakit Hasyim Asy’ari ini adalah penyakit ginjal dan penyakit jantung.

“Alasan yang mendasari adalah karena dari data yang diperoleh, dua penyakit itulah yang banyak orang yg tidak dapat mengakses kesehatan dengan paripurna, karena terhalang oleh adanya administrasi dan mereka yang kesulitan membuat BPJS,” jelasnya.

Dengan begitu, bersama dukungan kita semua, khususnya para alumni, mudah-mudahan RS. Hasyim Asy’ari bisa berdiri pada tahun 2019 dan bisa menjadi langkah konkret kita untuk Pesantren Tebuireng, untuk 120 tahun Pesantren Tebuireng.

“Mari kita bersama mewujudkan RS. Hasyim Asy’ari ini, untuk bisa melayani masyarakat luas, khususnya kaum duafa,” terang tim dompet duafa di akhir sambutannya.

Temua Alumni Nasional IKAPETE, di Ponpes Tebuireng, Jombang, Lelang Lukisan KH Hasyim Asy’ari Puluhan Juta Rupiah

Dalam rangka Temu Alumni Nasional dan menjaga ukhuwah Islamiyah, Ikatan Alumni Pesantren Tebuireng (IKAPETE) Jombang, Sabtu (07/07/2018) menyelenggarakan Halal bi Halal dan temu alum nasional XIII. Acara yang digelar di halaman Pesantren Pondok Tebuireng, Jombang ini dihadiri para alumni Ponpes Tebuireng dari berbagai daerah di indonesia.



Hadir pula Pengasuh Ponpes Tebuireng, KH. Shalahuddin Wahid (Gus Sholah), dan wakil Pengasuh Ponpes Tebuireng, KH. Abdul Hakim Mahfud (Gus Kikin). Suasana acara semakin meriah dan menarik ketika di akhir acara lukisan K.H. Hasyim Asy,ari dilelang.

Lukisan tersebut ditawar hingga Rp 42.500 juta dan di menangkan H. Shofi dari pondok pesantren Tebuireng Cabang 8 Banten. Selanjutnya, uang hasil lelang lukisan tersebut diinfaqkan ke Pondok Pesantren Tebuireng

Ketua Ikapete, Ainur Rofik, menegaskan tentang peran suatu alumni. “Ada tiga tujuan Ikapete yang pertama penguatan silaturahin sesama alumni, kedua penguatan hungungan alumni dengan Tebuireng dan yang ketiga memperkuat kebersamaan perjuangan Kh.Hasyim As,ari .” ujar Ainur Rofik.
KarenA itu, Ainur Rofik berharap seluruh alumni Tebuireng mewakafkan sebagian kemampuan yang dimiliki untuk kepentingan santri, masyarakat dan umat.

sumber

Tuesday

Gus Sholah Sebut Pemikiran KH. Hasyim Asy’ari Sudah Banyak Dilupakan

Masih dalam suasana Hari Raya Idul Fitri 1438 H., Pengasuh Pesantren Tebuireng, KH. Salahuddin Wahid (Gus Sholah) berkesempatan memberikan nasihat dalam acara Halal bi Halal dan Haul Masyayikh Pesantren Tebuireng yang diadakan oleh IKAPETE (Ikatan Keluarga Alumni Pesantren Tebuireng) DKI Jakarta dan sekitarnya.



Acara yang berjalan khidmat ini mengusung tema “Melalui Halal bi Halal Kita Jalin Semangat Silaturahim yang Lebih Erat lagi antar Alumni Pesantren Tebuireng”. Hadir dalam acara tersebut para alumni, ulama, kiai, dan pengurus pondok putra/putri di Masjid an-Nur Cipete Jakarta Selatan pada Ahad (02/07/17).

Dalam kesempatan ini, Gus Sholah menyampaikan beberapa hal, termasuk mengenai informasi capaian, dan perkembangan Pesantren Tebuireng. Menurut beliau, Pesantren Tebuireng saat ini sedang meningkatkan kualitas maupun kuantitas. Salah satu caranya dengan membuka cabang pesantren di luar pulau Jawa. “Yang memprihatinkan itu yang di luar pulau Jawa,” tutur beliau.

Mantan aktivis HAM tersebut, bercerita tentang keadaan IAIN Ambon yan hanya mempunyai 20 persen mahasiswa yang mampu membaca Al-Quran dengan baik dan benar. “Jika yang di IAIN saja segitu, apalagi yang bukan,” ungkap Gus Sholah. Karena alasan itulah, cucu Hadratussyikh KH. Hasyim Asy’ari ini membuka cabang Pesantren Tebuireng di Ambon beberapa waktu lalu.

Pada kesempatan ini pula Gus Sholah menyampaikan kepada para hadirin beberapa pemikiran KH. Hasyim Asy’ari yang mulai dilupakan oleh para pengikut beliau, khususnya pada jam’iyyah Nahdlatul Ulama. Beliau menjelaskan secara rinci bagaimana peran KH. Hasyim Asy’ari dalam perjuangan kemerdekaan dan pembangunan Indonesia.

Gus Sholah menjelaskan, secara tidak langsung peran KH. Hasyim Asy’ari dilakukan oleh keturunan dan santri beliau. “Pemikiran KH. Hasyim tersampaikan melalui KH. Wahid Hasyim saat jadi menteri agama, adapula melalui KH. Ahmad Shiddiq saat menerima Pancasila sebagai dasar negara yang mana beliau adalah santri mbah Hasyim,” ungkap suami Nyai Hj. Farida Salahuddin Wahid itu.

Rektor Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy) Tebuireng Jombang ini juga menyampaikan keprihatinan beliau terhadap kondisi Indonesia saat ini. Menurutnya, ada beberapa pihak yang sekarang seolah-olah ingin membenturkan antara Indonesia dengan Islam.

“Mana yang benar? Saya warga negara Indonesia yang beragama Islam atau bukan? Kalau saya, lebih baik, saya warga negara Indonesia yang beragama Islam dan sebaliknya,” tegas beliau pada para hadirin halal bi halal.

Acara  ini diakhiri doa dan musafahah bersama pengasuh, masyayikh, serta para anggota IKAPETE DKI Jakarta dan sekitarnya. Seusai acar,  para hadirin dipersilakan untuk menikmati hidangan dan jajanan khas Jakarta yang disediakan oleh panitia.


Monday

Munas XII IKAPETE, Gus Solah Ajak Alumni Tebuireng Tulis Pemikiran Mbah Hasyim

KH Salahudin Wahid (Gus Solah), pengasuh Ponpes Tebuireng Jombang mengajak alumni pondoknya menulis pemikiran-pemikiran KH Hasyim Asy'ari untuk dibukukan. Itu tidak lain karena saat ini hanya sedikit sebagian orang yang gandrung akan pemikiran Mbah Hasyim yang juga merupakan pendiri organisasi masyarakat terbesar Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU).
Pernyataan tersebut disampaikan Gus Solah saat acara Tahlil Akbar, Temu Alumni XII, dan Munas V IKAPETE (Ikatan Alumni Pesantren Tebuireng) yang digelar di Halaman Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, Sabtu (22/07/2017).



"Saat ini sudah tidak banyak lagi melihat pemikiran Mbah Hasyim, termasuk juga orang NU. Ada juga orang yang membawa nama Mbah Hasyim, namun tidak menghargai Mbah Hasyim. Bahkan ada juga yang berniat untuk merubahnya," ujar adik kandung Presiden keempat RI, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) tersebut.

Oleh karena itu, Gus Solah mengajak masyarakat khususnya alumni Tebuireng untuk menulis dan mencari naskah yang hendak dibukukan oleh penerbitan Tebuireng. "Saya mengajak kawan-kawan untuk menulis buku tentang Mbah Hasyim, menulis naskah yang bisa diterbitkan, oleh karena itu saya meminta kepedulian untuk menulis dan mencari naskah tentang pemikiran Mbah Hasyim," tegas Gus Solah di hadapan ribuan alumni Tebuireng.

Sementara itu, Ketua Umum IKAPETE, K.H. Sahid berharap IKAPETE yang secara organisatoris sudah terbentuk di seluruh Indonesia mampu solid. "Secara organisasi Ikapete sudah terbentuk di Indonesia, kita bersama-sama membangkitkan Ikapete. Dan dana yang terkumpul pun merupakan dana yang paling banyak dan tidak meminta sumbangan," terangnya.
Itu sebabnya acara tersebut juga dijadikan sebagai ajang Grand Launching 10.000 sebulan untuk alumni Pesantren Tebuireng. Momen tersebut diresmikan langsung oleh Bu Nyai Hj. Faridah Salahuddin .

“Kita memulai dari diri sendiri untuk dana sepuluh ribu saja, dengan mengucapkan Bismillahirrohmanirrohim mudah-mudahan gerakan sepuluh ribu untuk Ikapete, kita mulai," kata Ny Faridah saat meresmikan Grand Launching tersebut.

Hadir dalam kesempatan tersebut, murid Hadratussyaikh Hasyim Asyari, KH Abdurrahman Badjuri dari Purworejo Jawa Tengah yang berharap para alumni Pesantren Tebuireng mampu mengembalikan masa keemasan Tebuireng.
"Kami mohon kepada Ikapete, kembalikan zaman keemasan Tebuireng seperti zamannya Hadratussyaikh Hasyim Asyari," pungkas Kiai kharismatik yang berusia 96 tahun ini.

sumber

Sunday

Pelantikan Pengurus IKAPETE 2017-2020, Tandai Kebangkitan IKAPETE

Sukses mengadakan Munas ke-5, Pada Ahad (29/10/2017) bertempat di Pesantren Tebuireng, tepatnya di gedung KH. M. Yusuf Hasyim Lantai 3, Pimpinan Pusat Ikapete (Ikatan Keluarga Alumni Pesantren Tebuireng) menggelar Pelantikan dan Rakernas untuk periode kepengurusan 2017-2020.
Pada kesempatan ini sekitar 200 alumni hadir dan ikut serta menjadi saksi ikrar pengabdian pengurus baru dalam menjalankan program untuk 3 tahun mendatang. Di bawah nahkoda Drs. Ainur Rofiq, Ikapete memiliki harapan baru, dalam bahasa Pengasuh Pesantren Tebuireng, KH. Salahuddin Wahid, adalah tahun kebangkitan Ikapete.


Ketua Panitia, Haji Lukman Hakim mengucapkan terima kasih atas kehadiran alumni dan kerja keras panitia dalam mensukseskan acara tiga tahunan ini. “Kami atas nama panitia mengucapkan mohon maaf apabila banyak kekurangan baik dari tempat dan lain sebagainya,” ungkap pemilik Toko Pakaian an Nur Jatirejo itu.

Lelaki yang selalu menempatkan diri sebagai santri tersebut menganggap dari tahun ke tahun Ikapete selalu berkembang dan maju. “Setahun yang lalu kami dengan Gus Sholah ke Banten, dan alhamdulillah respon dari Banten bagus, berdiri Pondok Pesantren Tebuireng ke 8. Ini juga karena alumni,” cerita beliau.

Bedirinya Tebuireng 8, menurut beliau, karena kesepakatan dan kebersamaan alumni dan pihak Pesantren Tebuireng. “Mudah-mudahan ketua yang sekarang dapat mendirikan Pondok Pesantren Tebuireng yang sekarang. Alumni sekarang berbeda dengan alumn-alumni yang lalu,” ungkap mantan Kepala Pondok Putra Pesantren Tebuireng itu.

Pengurus yang namanya sudah tercantum dalam kepengurusan berdiri diatas panggung untuk melaksanakan pelantikan. Pelantikan ini dipimpin langsung oleh KH. Salahuddin Wahid dengan membacakan ikrar yang kemudian ditirukan oleh para pengurus baru terlantik sebagai bentuk sumpah pengabdian untuk menjalankan tugas dan program yang direncanakan.

Kemudian acara yang selanjutnya, amanat dari pengasuh pondok pesantren Tebuireng yang disampaikan langsung oleh Gus Solah.  Pada kesempatan tersebut, Gus Sholah sapaan akrab beliau, berharap bahwa tahun ini merupakan tahun kebangkitan Ikapete. “Hari ini kita bisa melantik Pengurus Pusat Ikapete. Kalau dulu pengurus dari akademisi, kalau sekarang pengusaha. Mudah-mudahan lebih dinamis. Semoga tahun ini menjadi tahun kebangkitan Ikapete,” ujar beliau.
“Jadi saya tidak muluk-muluk, saya ucapkan selamat kepada pengurus Ikapete. Saya selalu berpesan sederhana, buat program yang sederhana, tapi harus ada jangka panjangnya,” imbuh cucu Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari ini.

Ketua Umum Ikapete yang baru saja terlantik, menjelaskan, susunan pengurus periode 2017-2020 kali ini mempunyai ragam latar belakang yang berbeda-beda. Oleh karena itu, lanjutnya, bila di antara alumni ada yang memiliki pemikiran hebat, tenaga, harta, maupun kemampuan lainnya, sangat dibutuhkan untuk membangkitkan kembali organisai alumni Tebuireng ini.

“Jika sebagian kemampuan yang kita miliki ini bersama-sama kita wakafkan untuk Ikapete, insyaallah Ikapate akan mengemban amanah yang ringan, dan insyaallah ikapete akan berjalan degan baik,”  ajak alumnus SMA A. Wahid Hasyim itu.